Ceritaku Bersama STIFIn, sebelumnya perkenalkan namaku Shafa Isnanda Zoelianafasa, biasa aku di panggil dengan sebutan Shafa. aku adalah seorang mahasiswi di jurusan Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia, IPB University. Ini adalah cerita bagaimana aku bisa mengenal diriku dengan STIFIn. Perjalannanya cukup panjang, mulai dari rasa jenuh yang aku alami, ikut tes kepribadian tapi masih merasa belum mengenal dengan baik aku ini siapa sebenarnya, hingga akhirnya aku bisa tahu siapa diriku bahkan hingga aku tahu apa yang sebenarnya menjadi tujuan, visi, dan misi hidupku. Ini ceritaku…
AWAL MULA RASA JENUH MELANDA
Cerita ini dimulai ketika aku menduduki semester 2 perkuliahan. Dimana pada saat itu aku memiliki banyak kegiatan organisasi dan kepanitiaan di kampus. Aku rasa hal itu adalah hal terhebat yang pernah aku alami pada masa itu. Kuliah-rapat-event-kuliah-rapat-event itulah ritme yang menjadi makananku sehari-hari, hingga teman kamar asramaku berkata “Shaf Lo ga cape apa? Bolak-balik mulu kaya setrikaan, pusing Gue liatnya ituuuu aja yang dikerjain”.
Berhari-hari aku menjalani kehidupan kampusku bagaikan air mengalir tanpa tujuan, tidak tahu apa yang harus aku gapai sebenarnya, entahlah membingungkan. Rasa jenuh mulai menghampiri dan semua hal yang aku lakukan mulai tidak beraturan, malah menimbulkan efek yang negatif pada kegiatan yang lain. Aku jadi malas belajar, banyak tertidur, mengabaikan sekitar, menyendiri, layaknya orang depresi.
Aku memiliki segalanya, keluarga yang sayang padaku, teman-teman yang banyak, keuangan yang tidak bermasalah, aku memiliki segudang prestasi, dan hal yang lain yang belum tentu orang lain miliki.
Hanya satu yang aku belum miliki, aku belum mengenal siapa diriku yang sebenar-benarnya sampai nanti aku di pertemukan oleh sebuah konsep keilmuan yang banyak berkontribusi dalam kehidupanku sampai sekarang.
Pada pertengahan tahun 2019, dimana pada saat itu aku mengalami yaa bisa dibilang stress karena kegiatan yang memumpuk dan tidak jelas, serta tidaj termanage dengan baik. Mengikuti berbagai kegiatan dan organisasi yang tidak sejalan dengan tujuan hidupku. Bahkan saat itu aku sendiri tidak tahu tujuan hidupku apa.
Kegaluan meghampiri di setiap malamnya tangisan, penyesalan, dan keluhan setiap saat menghantui. Hari-hariku seperti tidak jelas, gelap sejauh mata memandang.
BERTEMU KAWAN SEJATI & MULAI MENGENAL STIFIn
Dari sekian kegiatan yang aku lakoni, sekian orang yang aku jumpai, ada salah seorang kawanku yang hingga saat ini kami selalu bersama kapanpun, dimanapun, dan dalam keadaan apapun. Namanya Ranti Rosanti panggilan kerennya Babyran. Kami satu jurusan di IPB. Aku dam Ranti akrab sejak kami memasuki semester 2 perkuliahan karena sering belajar bersama saat akan ujian.
Aku dan Ranti tergabung dalam sebuah komunitas, yang dimana di dalam komunitas itulah Ranti mengenalkan suatu konsep yang mengubah hidupku, yaitu STIFIn. Awalnya Ranti hanya mengatakan bahwa ada satu cara yang bisa membantu dalam menentukan tujuan hidup. Aku semakin bertanya-tanya, ko bisa? Memangnya STIFIn itu apa dan bagaimana sih apakah itu tes psikologi yang seperti biasa aku ikuti? Atau hanya diwawancara? Berjuta-juta pertanyaan dibenak dan pikiranku tentang STIFIn.
Selang beberapa hari akhirnya Ranti lebih dulu melakukan tes STIFIn, dengan penuh antusias aku mendengarkan cerita Ranti ketika tes STIFIn. Harga tes STIFIn di tahun 2019 senilai 350 ribu yang awalnya menurutku terlalu mahal untuk seorang mahasiswa dan karena memang aku belum mencobanya. Awalanya aku terus menerus mengelak ketika ditawari untuk tes STIFIn oleh Ranti. Ranti yang begitu bersemangat membujuk aku untuk tes STIFIn dan menyadarkan aku bahwa hidup itu harus ada tujuan dan harus mengenali siapa diri ini sebenarnya dan mau dibawa kemana. Saat itulah, aku tidak peduli uang saku ku sisa berapa aku gunakan untuk tes STIFIn aku langsung meminta Ranti untuk menemaniku melakukan tes STIFIn. Akhirnya speechlessnya aku ketika tes, karena dengan harga tes STIFIn yang awalnya menurutku mahal, ternyata TIDAK. Hal itu sebanding bahkan kita mendapatkan lebih banyak dari apa yang dikeluarkan. Tambahan informasi di awal 2020 harga tes STIFIn sekarang 500 ribu dan menurutku tetap sangatlah worth it dengan apa yang akan kita dapatkan dan ini merupakan tes 1x seumur hidup.
AKHIRNYA AKU TES STIFIn
Aku melakukan tes STIFIn tidak sendiri dan dilakukan di Kampus IPB Darmaga, Bogor bersama temanku juga yang dia sangat penasaran dengan STIFIn, yaitu Putri Gayatri. Kami di tes oleh salah seorang promotor STIFIn Family yang berdomisili di bogor dan sekaligus sebagai trainer millenial, yaitu Kak Adnan. Hasil tes yang mencengangkan, aku yang sebelumnya mengira bahwa aku ini memiliki mesin kecerdasan FEELING ternyata bukan, dan ke-feeling-an itu ternyata berasal dari respon golongan darah dan faktor lingkungan ku yang berpengaruh.
Baca Juga: Kenapa Tes STIFIn?
Awalnya aku sedikit mengelak dengan hasil tes STIFIn yang menyatakan bahwa aku adalah seseorang yang memiliki personality genetic SENSING ekstrovert. Aku merasa bahwa itu bukan aku, tetapi setelah diyakinkan dan dihubungkan dengan beberapa kejadian yang pernah aku alami ternyata memang benar itulah aku. Aku sempat ingin menjadi mesin kecerdasan lain yang menurutku lebih hebat dan menakjubkan. Namun, selang 2-3 hari aku merenungkan semua kejadian di dalam hidupku, ternyata memang aku harus bersyukur atas apa yang aku miliki atas potensi genetik yang diberikan sejak lahir.
IKUT GREAT MUSLIM MILLENIALS
Tidak sampai disitu, aku yang merupakan seorang SENSING ekstrovert yang masih kebingungan dan entah apa yang harus aku lakukan. Akhirnya aku memutuskan untuk ikut kelas Great Muslim Millenials, disitu aku menemukan tujuan hidupku, bisa membuat sebuah visi misi hidup diriku sendiri dan merasa hidupku sedikit lebih tertata dan tahu apa yang harus aku lakukan untuk selanjutnya. Dan dikelas itu juga aku bertemu dengan Solver STIFIn sekaligus Owner dari STIFIn Family, yaitu Solver Richard Perdana yang menjadi mentor, guru, solver, kaka, sahabat, partner, bahkan terkadang aku menganggapnya sebagai orangtuaku hingga saat ini.
Aku yang baru mengenal tes STIFIn dan pada awalnya sedikit acuh tak acuh akan hasilnya, seakan-akan seperti hanya tes biasa yang “oh ya sudah”. Karena pada saat itu aku masih disibukkan dengan urusan kampus yang sangat menyita waktu, tenaga, dan pikiran karena tidak sesuai dengan tujuan hidupku. Aku berada di circle yang memang teman-temanku penggiat STIFIn, secara tidak langsung aku terpapar dan menjadi sangat amat semakin penasaran.
PERTEMUAN DENGAN SOLVER STIFIn
Setelah aku bertemu Solver STIFIn di GMM, kami bertemu kembali. Sengaja aku ikut dengan Ranti dan kawanku Lusi yang mereka lebih dulu mengenal Solver Richard yang nantinya aku lebih sering memanggilnya dengan sebutan Kak Richard. Saat pertemuan itulah aku menupahkan segalanya, aku menceritakan semua yang aku alami, mulai dari hal yang selalu membuatku gelisah hingga permasalahan terbesar dalam hidupku. beruntungnya aku dipertemukan dengan mereka yang satu visi untuk maju bersama.
Semakin aku sering bertemu dengan orang-orang dan ikut menyaksikan tes STIFIn yang dilakukan oleh Solver Richard serta teman-temanku yang lain, membuat aku semakin tertarik untuk terjun langsung menjadi seorang promotor STIFIn. Rasanya sangat senang apabila aku bisa membantu banyak orang dengan tes STIFIn, hidupku jauh lebih bermanfaat bukan hanya untuk diriku pribadi tapi juga untuk ummat. Dan hingga saat ini Solver Richard sudah layaknya kakakku, mentorku, guruku, sahabat, solver, semuanya pokonya sulit untuk diungkapkan.
SEMAKIN PENASARAN DENGAN STIFIn
Setelah mendengar cerita Ranti yang mengikuti Workshop STIFIn Level 1 (WSL1) bersama dengan temanku yaitu Aninda Lusiana, aku semakin tertarik untuk mendalami STIFIn.
Memang dengan biaya yang tidak murah, karena bagiku ilmu pengetahuan tak bisa diukur dengan harga. Aku berusaha mengumpulkan uang supaya aku bisa menjadi mengikuti beberapa tahapan sampai menjadi promotor STIFIn. Alhamdulillah tanpa perlu waktu lama uang itu terkumpul dengan cepat entah darimana yang akhirnya Aku bisa mengikuti Workhsop STIFIn Level 1 & 2 secara bertahap dan dilakukan private oleh Solver Richard. Kami melaksanakan Workshop STIFIn Level 1 & 2 secara private. Di dalam Workshop STIFIn Level 1 aku bukan hanya belajar tentang teori konsep diri STIFIn itu sendiri melainkan aku belajar untuk menjadi manusia dan memanusiakan manusia.
Banyak kejadian lucu yang terjadi, mulai dari pelaksanaan WSL1 sampai proses ujian itu berakhir dan aku senang dengan nilai 96 yang aku dapatkan. Ketertarikanku terhadap STIFIn benar-benar muncul ketika Solver Richard menjelaskan semua tentang STIFIn padaku. Sampai semua penjelasan yang disampaikan selalu aku kaitkan dengan pengalaman-pengalamanku dan hingga aku menangis.
Di Wokshop STIFIn Level 1 juga benar benar dijelaskan setiap Mesin Kecerdasan dan personality genetik, mulai dari SENSING, THINKING, INSTING, INTUITING, dan FEELING. Disitu aku semakin penasaran dan tertarik untuk mendalaminya. Selain itu, aku juga semakin yakin akan diriku dan tujuan hidupku. Di Workshop STIFIn Level 1 juga aku dibantu untuk menemukan cara yang tepat untuk bisa memahami setiap karakter yang dimiliki orang lain dan sekarang aku menjadi lebih bergairah dalam menjalani hari-hariku penuh dengan rasa percaya diri akan mimpi-mimpi besarku.
WORKSHOP STIFIn LEVEL 2 (WSL2)
Selang beberapa minggu, sambil aku mengumpulkan uang untuk mengikuti Workshop STIFIn Level 2 (WSL2). Aku mulai bertanya-tanya pada Ranti dan Lusi yang mereka telah mengikutinya terlebih dulu.
Liburan akhir semester pun datang, dan aku kembali pulang ke Bandung untuk menikmati libur akhir semester tersebut. Pada tanggal 26-29 Desember 2019 tepatnya, aku kembali ke Bogor bersama adik perempuanku Najlaa yang menemani aku untuk mengikuti privat Workshop STIFIn Level 2 bersama Solver Richard. Aku dengan serius penuh antusias menyimak penjelasan yang diberikan dan dengan keyakinan penuh bahwa STIFIn ini adalah sebuah konsep yang benar-benar mengubah hidupku menjadi lebih baik, maka alhamdulillah kegiatan Workshop STIFIn Level 2 pada hari pertama berjalan dengan lancar. Diselingi dengan canda tawa, wejangan, nasihat, dan sedikit tamparan yang menjadikan aku lebih kuat dalam menghadapi apapun.
Ada yang menarik disini, kenapa aku mengajak adik perempuanku Najlaa untuk ikut menemani dalam Workshop STIFIn Level 2? Setidaknya adikku ini mendapatkan sedikit pencerahan atas apa yang disampaikan oleh Solver Richard dan ternyata benar saja selepas kegiatan adikku agak bertingkah berbeda tidak sepeeti biasanya. Menjadi lebih lembut dan sedikit mengurangi kebiasaan buruknya. Disitu aku semakin senang dan bersemangat untuk menjadi seorang promotor STIFIn yang bisa membantu banyak orang menemukan dan mengenali diri mereka sendiri hanya dengan scan kesepuluh sidik jari.
Di Workshop STIFIn Level 2 ini semakin dijelaskan antar mesin kecerdasannya hingga ke teori-teori sirkulasi yang meskipun berbelit tapi sangat asyik mempelajarinya. Kemudian aku juga bisa tahu karakteristik sebuah negara, rekomendasi jodoh, kesehatan, score of love antar Personaliti genetik. Yaa meskipun tidak secara keseluruhan detail dijelaskan, karena akan ada tematiknya tersendiri. Selanjutnya aku tidak berhenti untuk belajar tentang konsep STIFIn yang begitu luas. Aku berencana untuk mengikuti sampai tahap menjadi trainer STIFIn yang nantinya akan bisa lebih luas untuk menginspirasi para millenials di luar sana.
Satu hal yang membuatku tidak tahu kenapa hingga saat ini aku begitu tertarik pada STIFIn adalah, setiap aku mengetahui hal baru tentang STIFIn apapun itu, aku menjadi tertarik dengan hal yang lainnya juga yang masih berhubungan dengan STIFIn.
SENANGNYA BISA MENGENAL DIRIKU DAN ORANG LAIN
Oiya setelah aku mengikuti Workshop STIFIn Level 1 & 2 akhirnya aku mejadi promotor STIFIn yang berlisensi dan bisa membantu orang banyak untuk mengenal siapa dirinya melalui tes STIFIn yang aku lakukan. Di mulai dari keluarga aku melakukan tes STIFIn kedua adikku, kemudian ibu, ayah, dan pamanku. Akhirnya Mereka juga terlihat antusias dan menyimak dengan baik serta mengikuti tes STIFIn dengan bersemangat.
Setelah tes STIFIn, akhirnya terkuaklah hal-hal yang belum aku ketahui di dalam keluargaku. Selain aku yang lebih memahami diriku, STIFIn juga membantuku untuk mengenal orang-orang di sekitarku dan akupun paham bagaimana cara mengatasi, menghadapi, dan menyikapi semuanya. Rasa syukur tak henti-hentinya aku panjatkan, karena aku sangat tidak menyangka dengan secepat itu aku bisa melewati masa-masa yang aku rasa itu adalah masa terendah dalam hidupku yang benar-benar tidak tahu arah bagai kapal dilaut lepas.
PELUANG BERDATANAGAN
Tidak sampai disitu juga, setelah aku mengenal STIFIn aku mendapat banyak peluang yang bisa mengembangkan diriku, menggembleng aku yang seorang SENSING ekstrovert golongan darah O. Bersama dengan Solver Richard, Ranti, dan Aninda yang biasa ku panggil Lusi. Kami bekerjasama untuk berkontribusi memberikan yang terbaik untuk orang banyak bersama STIFIn Family yang di pimpin langsung oleh Solver Richard Perdana.
Bersama STIFIn juga aku menemukan keluarga baru, kehangatan baru, saudara baru, dan tentunya kehidupan baru yang lebih baik dari sebelumnya, lebih tertata, jelas, dan menjadikanku harus lebih baik di setiap harinya. Aku berharap tidak hanya aku saja yang merasakan perubahan dalam hidup yang cukup signifikan dengan bisa mengikuti tes STIFIn beserta Workshop-workshopnya. Akan tetapi orang-orang juga bisa merasakan dampaknya.
Semakin lama semaki terbukti dengan sendirinya bahwa aku benar-benar seorang SENSING ekstrovert, berbagai kesempatan berharga yang datang silih berganti dan pengalaman-pengalaman yang semakin bernilai kini mewarnai hidupku.
BISMILLAH AKU MENJADI SEORANG TRAINER STIFIn
Setelah aku mengenal STIFIn dan semakin paham dalam memahami orang lain, dan yakin dengan tujuan hidupku, aku ingin menjadi seorang trainer hebat yang bisa menginspirasi dan membantu banyak orang untuk bisa bermimpi besar dan produktif dalam menjalankan kegiatan keseharianya, melalui apa? STIFIn jawabannya. Bismillah impianku semoga terwujud dengan cepat untuk menjadi seorang trainer hebat dan berdampak besar untuk dunia. Aamiin….
Ini Ceritaku bersama STIFIn, Mana ceritamu?