Daftar Isi
Pernah nggak sih ngerasa hidup tuh kayak lagi nyasar di jalanan gelap, bingung, nggak tau mau ke mana? Kayak GPS aja nyerah. Nah, itu aku banget beberapa tahun lalu. Lagi skripsi, bener-bener stuck, tiap buka laptop yang keliatan malah layar putih, udah kayak horor aja. Serius, waktu itu aku merasa kayak kehilangan arah, identitas diri pun jadi kabur. Sampai akhirnya, aku baca pengalaman tes STIFIn di Jakarta punya seseorang di sosial media. Katanya bisa bantu kita lebih kenal sama diri sendiri. Akhirnya aku coba deh.
Yang awalnya cuma iseng, eh malah jadi petualangan seru buat ngulik siapa sih diri aku sebenernya. Berawal dari sidik jari doang, bisa dapet pencerahan yang nggak pernah diduga sebelumnya. Ini nyata pengalamanku, bukan karangan, dari sidik jari sampe akhirnya ngerti gimana cara berdamai sama diri sendiri.
Fase stuck: skripsi nggak jalan, hidup juga kacau
Semester akhir kuliah harusnya happy, karena sebentar lagi lulus gitu kan? Tapi kenyataannya, pandemi Covid dateng, kampus ditutup, kuliah semua online, rencana penelitian yang udah disiapin matang bubar jalan. Semua draft skripsi harus dirombak, otak pun ikut lockdown.
Udah konsultasi sama dosen via Zoom, nulis ulang proposal, tapi tetep aja kayak lari di tempat. Jujur, yang bikin berat tuh bukan cuma skripsinya, tapi mentalku juga ikutan down. Apalagi tiap hari denger kabar nggak enak, ekonomi keluarga goyang, keluar rumah aja was-was. Pokoknya bener-bener stuck.
Pertama kali coba tes STIFIn Jakarta
Nah, di tengah kekacauan itu, ada temen yang nyaranin tes STIFIn. Katanya sih ini beda, pake sidik jari buat tau kecerdasan kita yang paling dominan. Awalnya aku sempat skeptis, soalnya udah pernah coba MBTI, DISC, tes minat bakat. Semua hasilnya baik tapi gitu-gitu aja, nggak merasa relate sepenuhnya. Tapi karena penasaran, dan kebetulan lagi promo juga, akhirnya aku coba.
Ternyata prosesnya simpel banget, cuma tempel sidik jari ke alat, terus data kita langsung dianalisis. Nggak perlu ngisi puluhan pertanyaan ribet, tinggal duduk manis. Lalu, hasilnya akan keluar saat itu juga. Wow amazing!
Hasil tes STIFIn yang mengejutkan
Awalnya skeptis
Dari awal aku udah skeptis, “Masa sih cuma lihat sidik jari bisa tahu kepribadian? Jangan-jangan ini cuma cocoklogi.” Tetapi rasa skeptisku ini terjawab setelah aku mengetahui hasilnya. Ternyata sebagai Thinking introvert, hasilnya benar-benar akurat dan relate sama aku.
Aku tipe orang yang rasional, lebih suka berpikir dulu sebelum bertindak, dan sering kali overthinking kalau ada keputusan besar. Hasil ini juga menjelaskan bahwa aku tipe introvert, bukan introvert pada umumnya yang tertutup dan menyendiri yaa, tapi lebih kepada arah stimulus yang datangnya dari dalam diri, bukan dari luar.
Aku punya kecenderungan untuk berpikir secara mendalam, tidak mudah digoyahkan oleh keadaan sekitar, dan sering kali nyaman dengan pola atau zona yang sudah kupilih. Di satu sisi ini menjadi kekuatan, karena aku bisa fokus dan konsisten. Tapi di sisi lain, aku juga jadi mudah terjebak di zona nyaman kalau tidak hati-hati.
Yang bikin aku kaget, tes STIFIn bukan hanya menjelaskan kelebihan, tapi juga kelemahanku. Misalnya, aku kadang terlalu perfeksionis sampai susah move on kalau sesuatu belum sesuai standar. Padahal, di sisi lain, aku punya potensi jadi problem solver yang baik karena logika dan analisis selalu jadi senjataku.
Penerimaan diri setelah tes STIFIn Jakarta
Penjelasan itu seperti menyalakan lampu di ruangan gelap. Tiba-tiba semua puzzle hidupku terasa nyambung. Tidak heran skripsiku macet, karena aku mencoba memaksa diri bekerja dengan cara yang bukan gaya alamiku.
Dari situ aku jadi sadar, ternyata banyak hal yang selama ini aku anggap “kebiasaan aneh” atau “kelemahan” justru bisa jadi kekuatan kalau diarahkan dengan benar. Misalnya, aku mulai mencoba mengatur waktuku lebih baik, belajar menerima kalau nggak semua hal harus sempurna, dan fokus ke cara-cara produktif untuk memaksimalkan potensiku sebagai Thinking introvert.
Dan benar saja, sejak tahu hasil tes STIFIn, aku merasa punya peta jalan untuk mengenali diriku sendiri lebih dalam. Ibaratnya kayak dikasih kompas yang bisa memandu langkah yang mau dituju, entah itu dalam hal belajar, bekerja, ataupun menentukan pilihan hidupku. Rasanya pengalaman tes STIFIn di Jakarta mengenali kepribadian benar-benar luar biasa. Salah satu jadi momen terbaik dalam hidupku.
Manfaat yang dirasakan setelah tes STIFIn di Jakarta
Setelah tahu bahwa aku seorang Thinking introvert, hidupku mulai berubah perlahan-lahan. Ada beberapa manfaat nyata yang langsung aku rasakan:
1. Lebih mengenal diri sendiri
Aku jadi makin memahami siapa diriku dan apa tujuan yang mau aku capai untuk ke depannya. Aku juga paham bahwa tidak semua orang punya cara berpikir yang sama. Kita semua punya gaya yang berbeda-beda, tidak bisa kita pukul rata.
2. Strategi belajar dan bekerja lebih tepat
Setelah tes, aku menyusun ulang skripsiku, aku tidak mau stuck, aku harus kerjakan sampai selesai. Maka aku susun rencana ulang. Aku coba untuk membuat struktur yang rapi, menyusun outline, lalu mengeksekusi satu persatu. Nyatanya, cara ini lebih efektif dibanding cara sebelumnya.
3. Makin percaya diri untuk mengambil keputusan besar
Hasil tes memberi aku kejelasan tentang potensi diri. Dari sana, aku bisa memilih arah karier yang sesuai dengan kekuatan alami, bukan sekadar ikut-ikutan tren.
4. Hubungan jadi lebih baik
Iya sih, kadang kita suka ribut sama temen atau keluarga, padahal masalahnya tuh simpel: tiap orang punya cara mikir sendiri, selera beda-beda, bahkan gaya ngobrol aja nggak sama. Aku juga dulu suka bingung, tapi sejak nyobain tes STIFIn, rasanya kayak nemu kunci buat ngerti orang lain.
Serius deh, ternyata penting banget buat ngehargain gaya tiap orang. Kalau semuanya diperlakukan sama, ya siap-siap aja sering nggak nyambung dan gampang salah paham.
Nah, gara-gara tes STIFIn, aku jadi makin pengen belajar. Nggak mau cuma berhenti dites doang, aku penasaran banget gimana sih sidik jari bisa ngaruh ke kepribadian dan cara kita ngejalanin hidup. Akhirnya, aku mutusin buat jadi promotor STIFIn.
Tujuannya? Sederhana aja, pengen belajar lebih dalam, dan pastinya pengen banget bagi-bagi pengalaman sama orang lain, biar mereka juga ngerasain manfaatnya. Siapa tau, hidup mereka juga bisa jadi lebih baik kayak yang aku rasain waktu tes STIFIn di Jakarta kemarin.
Mengapa tes STIFIn beda dari tes kepribadian lain?
Manfaat tes STIFIn emang luar biasa dan aku udah ngerasain sendiri, banyak perubahan nyata yang terlihat dan inilah yang membuat tes STIFIn berbeda. Metode tes STIFIn berbeda dari tes-tes kebanyakan.
Berbasis biometrik sidik jari
Pertama, tes STIFIn berbasis biometrik sidik jari, bukan sekadar asumsi dari jawaban pertanyaan. Jadi hasil tes tidak dipengaruhi oleh kondisi mood, emosional, atau keadaan kita saat menjawab soal. Berbeda dengan tes psikometrik. Kemudian, data yang diinput pun murni genetik, sesuatu yang ada di tubuh kita sehingga jauh lebih objektif dan tidak dipengaruhi apapun.
Simple dan akurat
Kedua, prosesnya ringkas tapi akurat. Hanya scan sidik jari dan kita nggak perlu jawab pertanyaan yang begitu banyak. Bahkan tes STIFIn hanya butuh waktu singkat, tapi hasilnya akurat. Tes STIFIn bisa menjelaskan secara mendalam, detail, dan langsung bisa diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Luar biasa sekali bukan.
Aplikatif
Ketiga, tes STIFIn tidak berhenti pada sekadar label kepribadian. Tetapi lebih kepada kecenderungan yang dapat dioptimalkan dengan proses penggemblengan. Kecenderungan ini menjadi paling efektif atau cara terbaik dalam melakukan sesuatu, seperti cara belajar yang sesuai, pilihan karier yang tepat, sampai strategi membangun relasi juga ada loh Sob. Jadi bukan cuman tahu “aku nih tipe apa si”, tapi juga “apa yang harus aku lakukan setelah ini yaa? What’s Next?”
Inilah yang membuatku akhirnya yakin, pengalaman tes STIFIn di Jakarta bukan sekadar tes kepribadian biasa, tapi benar-benar panduan hidup yang aplikatif. Nggak nyesel deh!
1x seumur hidup
Keempat, hasil tes ini berlaku seumur hidup. Karena mengukur genetik, sifatnya tetap/stabil maka hasilnya tidak berubah-ubah. Kalau nanti kita bertambah usia atau mengalami kejadian tidak diduga, hasilnya akan tetap sama. Jadi cukup sekali tes, hasilnya bisa jadi panduan hidup untuk selamanya.
Dari krisis identitas ke jalan baru
Pengalaman nyata mengikuti tes STIFIn di Jakarta benar-benar mengubah perjalanan hidupku. Dari rasa frustasi karena skripsi, bingung dengan jati diri, hingga kehilangan arah, akhirnya kini aku mengenali siapa diriku, apa tujuanku.
Setelah mengetahui secara mendalam bahwa aku Thinking introvert, membuat aku jadi lebih berdamai dengan diri sendiri. Aku belajar menerima diriku, kekuatan dan kelemahanku. Lebih dari itu, pengalaman tes STIFIn di Jakarta membuatku makin bersemangat untuk bisa membantu orang lain agar tidak mengalami seperti yang kualami.
Buat siapapun yang mengalami fase yang sama dengan diriku cobain deh tes STIFIn di Jakarta. Bisa jadi jawaban yang kamu butuhkan itu selama ini ada di dekat kamu, seperti Nabi Musa dengan tongkatnya yang membantu ia melewati lautan merah saat terjebak oleh kejaran Fir’aun, begitupun sidik jari kamu lah yang paling dekat untuk menjawab itu semuanya.