Kerja Keras Cerdas Ikhlas Konsep STIFIn
Related Posts
-
5 Peran Ideal Untuk Mencapai SuksesMulia
Pernah tidak berada pada posisi dimana kita bekerja nih, namun merasa tidak maksimal dalam menjalankannya? Atau saat ini Anda masih mencari peran? Baik di kantor, di sekolah, maupun di masyarakat. Jika berkaitan dengan jalan menuju sukses, peran yang kita pilih tentunya harus bisa kita maksimalkan agar menyampaikan kita pada jalan sukses tersebut. Untuk itu kita bahas yuk 5 Peran Ideal Untuk Mencapai Sukses. Tidak hanya sukses, tapi SuksesMulia! Ketika hidup, setiap manusia memiliki peran yang harus dijalankan. Hal ini adalah fitrah dan karunia dari Allah. Yang mesti kita lakukan adalah memaksimalkan peran tersebut, hingga peran itulah yang dapat menjadi saksi bagi kita untuk membayar surga. Nah, pertanyaannya gimana cara memaksimalkan peran padahal kita saja belum tahu peran ideal untuk masing-masing kita apa? Sebelum kita bahas tentang peran, apakah kamu mengetahui akibat jika keberadaan anda tidak memiliki peran? Apa yang terjadi jika keberadaan sekolah atau universitas atau institusi pendidikan lainnya dinilai tidak tersambung dengan dunia industri? Apa yang terjadi jika adanya pemerintah tidak benar-benar tersambung pada kebutuhan masyarakatnya? Apa yang terjadi jika otoritas agama tidak tersambung kerohanian umatnya? Dan lagi, apa yang terjadi jika apa yang kita kerjakan, apa yang manusia kerjakan, tidak sesuai dengan kodrat genetiknya? Dari pertanyaan ini sesungguhnya kita mengetahui, bahwa besar sekali dampak dari tidak tersambungnya hal-hal tersebut. Segala hal yang dilakukan menjadi sia-sia dan secara otomatis cost atau biaya yang dikeluarkan tentunya akan semakin tinggi. Contoh, masyarakat giat dalam budidaya tanaman bawang, namun pemerintah malah mengimpor bawang. Contoh lain, bisnis kamu berfokus pada produk lama, sedangkan customer kamu mencari produk baru yang lebih berfungsi. Contoh lain lagi, seorang Insting yang secara genetik pandai mendamaikan, malah menjadi yang paling pertama dalam urusan berkelahi. Well… besar bukan biaya ketidak-sambungan tersebut? 5 Peran Ideal Untuk Mencapai SuksesMulia Semua hal yang tersambung satu sama lain, dan tentunya kita harus berfokus pada ketersambungan yang menghasilkan energi positif. Atau dengan kata lain, ketersambungannya harus bisa menghasilkan manfaat bagi kita dan lingkungan sekitar kita. Oleh karena itu kita mulai sambungkan segala sesuatunya dari diri kita nih sobat fams. Peran ideal bagi diri kita sendiri dapat disambungkan dengan Mesin Kecerdasan (MK) kita. Untuk Sensing, berusahalah jadi orang kaya yang dermawan dengan kerja kerasnya. Bagi Thinking, jadilah seorang yang adil dan selalu mengedepankan efektifitas dalam kerja cerdasnya. Termasuk ketika menjadi penguasa kelak. Intuiting coba jadi seorang pengusaha besar yang inspiratif dan menghasilkan produk yang solutif dengan memaksimalkan kerja kuantumnya (kerja yang didasari lompatan-lompatan pemikiran) Feeling asah terus rasa empatinya dan jadilah seorang pemimpin yang juga seorang pemersatu tim. Insting, dengan kerja ikhlas, jadilah seorang pendamai dan tokoh masyarakat yang menginspirasi. Peran ideal yang dilaksanakan tentu tidak diberikan Allah dengan cara yang mudah. Ada proses didalamnya yang perlu sobat fams jalani. Jika sobat fams berhasil dan akumulasi diri yang tersambung bertambah banyak, maka biaya sosial akan menjadi semakin murah. Disitulah letak keberkahannya. Bisa bermanfaat bagi lingkungan dan menjadi bekal yang senilai untuk masuk ke surga. Demikian pembahasan kita tentang 5 Peran Ideal Untuk Mencapai SuksesMulia. Sobat fams yang belum mengetahui apa Mesin Kecerdasannya bisa banget nih tes STIFIn, dengan menghubungi link ini ya. Mari saling terhubung secara ideal agar maksimal dalam menebar kebermanfaatan, dimulai dari diri sendiri.
-
Cara Belajar STIFIn
Cara belajar STIFIn merupakan metode yang tepat dan menyenangkan untuk anak. Metode ini dapat dilakukan setelah mengetahui tipe kecedersaan yang dimiliki oleh seorang anak berdasarkan hasil tes STIFIn yang dilakukan. Beberapa guru mungkin pernah mengalami tantangan dalam menentukan metode cara belajar yang tepat untuk digunakan di kelas. Biasa terjadi karena adanya perbedaan karakter pada setiap peserta didik atau misalnya pada orang tua yang mengalami hal serupa saat mendidik dan mendampingi anaknya saat belajar. Menggunakan metode belajar dan mengerti rasa yang dialami oleh anak dalam proses belajarnya tentu sangat berpengaruh terhadap hasil belajar dari anak tersebut. Oleh karena itu, orang tua dan guru perlu mengetahui dan memahami setiap anak memiliki karakter yang berbeda dan cara belajar yang berbeda. Dengan kita sebagai orang tua dan guru mengetahui dan bisa memahami setiap karakter yang dimiliki anak, tentunya anak akan dapat menikmati proses belajar tepat dan menyenangkan yang merujuk pada hasil belajar yang baik juga tentunya. Metode Cara Belajar STIFIn yang Menyenangkan Hasil tes STIFIn pada anak dapat membantu kita sebagai orang tua dan guru untuk mengenal dan memahami cara belajar dari setiap anak. Dimulai dari mengetahui bagaimana pola belajarnya, persiapan apa saja yang perlu dilakukan, sampai motivasi yang tepat aagar anak terus semangat dalam belajar dan meraih prestasinya. Selain itu kita juga akan mengetahui hal-hal apa saja yang perlu dihindari untuk meminimalisir gangguan belajar pada anak, hingga anak mendapatkan cara belajar yang efektif dan dapat memaksimalkan potensi yang dimilikinya. Dalam konsep STIFIn, berikut penjelasan gaya belajar dari masing-masing personaliti genetik STIFIn: 1. Sensing yang kecerdasannya mengarah pada pancaindra, akan di gunakan untuk merekam suatu hal yang dapat terlihat, tercium, terdengar, terasa, maupun teraba dan kemudian mencontohnya (menirukkan). Untuk meningkatkan motivasi belajar Sensing, diperlukan gerakan yang melibatkan ototnya, diberikan fasilitas yang dapat mengoptimalkan gerakan otot dan pancaindra, juga diberikan imbalan yang nampak (terlihat). Sensing introvert mempunyai gaya belajar dengan merekam kosakata yang berulang-ulang dan menggunakan alat peraga. Ia juga memerlukan teman berlatih yang sekaligus menjadi sparing Sensing ekstrovert mampu mengingat dengan menandai bacaan yang diikuti dengan gerakan tangannya. Ia dapat menguasai pelajaran dengan mengulang latihan soal yang dilakukan secara disiplin. 2. Thinking dengan kecerdasan logika membuatnya ahli dalam berhitung (logika). Ia juga memiliki gaya belajar yang serius dan terstruktur serta membutuhkan lingkungan yang kondusif untuk fokus. Thinking akan menggunakan otak kirinya untuk menganalisis yang dapat disempurnakan dengan data. Tipe ini akan lebih mudah berkonsentrasi dengan menyusun skala prioritasnya. Thinking introvert pada dasarnya menyukai cara berpikir dengan berhitung dan mendalam. Ia memiliki tingkat penguasaan yang tinggi pada pelajarannya. Ia memiliki kemandirian namun membutuhkan pengakuan dari orang yang dihormatinya. Thinking ekstrovert memiliki kemapuan logika yang sangat kuat dengan melihat secara meluas serta cara belajarnya dengan menalar dan analisa. Ia dapat termotivasi dengan diberi kesempatan untuk berkompetensi dan mengalahkan lawannya. 3. Intuiting memiliki cara berpikir kreatif dengan pandangan masa depan yang dibayangkan secara visual dalam kreativitasnya. Dalam belajar, berikan Intuiting ruang untuk mengeksplor imajinasinya. Ia akan menemukan pola yang sesuai dengan dirinya. Dibutuhkan media eksplorasi sebagai wadah dalam menuangkan ide-ide dan gagasannya. Intuiting introvert akan fokus memahami konsep yang dibantu dengan ilustrasi. Ia menyukai tipe pengajar yang ekspresif dalam berkomunikasi. Intuiting ekstrovert dalam proses belajarnya selalu mencari tema dibalik bacaan. Kemampuan kreatifnya akan lebih terasah jika diberikan fasilitas berupa peraga bongkar pasang. 4. Feeling menyukai cara belajar dengan berdiskusi karena komunikasi yang tepat baginya adalah dengan banyak berbicara dan mendengarkan, maka Feeling membutuhkan sistem pendukung berupa orang lain sebagai teman diskusi. Ia akan senang apabila mendapatkan persetujuan dan usahanya dihargai. Dalam persiapan belajar, dibutuhkan membangun mood yang baik bagi Feeling untuk meningkatkan semangat belajarnya. Feeling introvert dapat meningkatkan kualitas belajarnya dengan banyak mendengar. Feeling ekstrovert cenderung lebih senang berdiskusi. Motivasi belajarnya akan meningkat jika ia mendapatkan pujian. 5. Insting yang memiliki persentase empat bagian otak dengan sama besar, membuatnya mampu berpikir secara general dari segala sisi. Insting memiliki kelebihan serba bisa yang membuatnya mampu mempelajari ilmu dengan cepat. Ia membutuhkan suasana yang hening (tenang) dalam belajar untuk membangkitkan sisi spiritualitasnya. Cara membangkitkan motivasi belajarnya adalah dengan menghilangkan tekanan yang menimpa dirinya. Baik orang tua maupun guru, mendidik anak membutuhkan wawasan yang luas dan gaya mengajar yang tepat, agar anak atau peserta didik dapat belajar dengan nyaman dan memberikan peluang prestasi hasil belajarnya. Dalam belajar, kita perlu menyampaikan ilmu dengan metode yang juga tepat dan sesuai dengan karakter kerpibadian yang dimiliki oleh anak. Maka dengan begitu akan membuat anak menikmati proses belajar yang menyenangkan sehingga memiliki hasil belajar yang optimal.
-
Hasil Tes STIFIn Intuiting introvert
INTUITING INTROVERT Personaliti Genetik Ii adalah singkatan dari hasil tes STIFIn Intuiting introvert. Jika huruf I berdiri sendiri merupakan identitas sebagai Mesin Kecerdasan (MK). Menurut konsep STIFIn, ragam Mesin Kecerdasan hanya ada lima, dan I adalah salah satu diantara 5 MK tersebut. Identitas Mesin Kecerdasan berubah menjadi kepribadian ketika MK digandengkan dengan jenis kemudi di belakangnya. Jenis kemudi kecerdasan hanya ada dua, yaitu i (introvert) dan e (extrovert). Dengan demikian, Ii sudah menjadi identitas kepribadian. Huruf I ditulis dengan huruf besar karena pengaruhnya sebagai MK lebih besar dari i yang ditulis dengan huruf kecil yang berperan hanya sebagai kemudi kecerdasan. a. SISTEM OPERASI OTAK Pengertian sederhana dari Intuiting introvert adalah jenis kepribadian yang berbasiskan kecerdasan indera keenam (intuisi) yang proses kerjanya dikemudikan dari dalam dirinya menuju ke luar dirinya. Sistem operasi pada tipe Ii berada di belahan otak bagian atas di sebelah kanan atau disebut sebagai otak besar kanan atau diringkas otak kanan. Pada otak kanan tersebut -yang menjadi kemudi kecerdasan dari tipe ini- berada di lapisan putih yang letaknya di bagian dalam. Otak kanan putih itulah yang menjadi sistem operasi tipe Ii. Lapisan yang berwarna putih memiliki tekstur otak yang lebih padat karena mengandung sel otak lebih banyak. Kerapatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan lapisan bagian luar tersebut membuat kemudi kecerdasan bergerak dari dalam ke luar. Hal ini menyebabkan ‘tuan yang punya badan’ ketika memiliki ide yang bagus seperti diberi mesin roket untuk terbang ke angkasa bersama ide tersebut. b. TIPOLOGI FISIK Mesin Kecerdasan Intuiting (I) sesungguhnya identik dengan perut panjang. Mereka memiliki perut yang panjang dimana di dalamnya terdapat usus yang panjang. Perut panjang tersebut rupanya merupakan ciri-ciri dari tipe I yang mengolah makanan menjadi tenaga anaerobik dan disimpan dalam otot yang berwarna putih. Tenaga anaerobik yang terdapat pada otot putih ini merupakan tenaga yang tidak stabil dan meledak-ledak. Itulah mengapa jenis tenaga ini akan bagus untuk melakukan sprint dengan kecepatan tinggi. Tenaga anaerobik merupakan tenaga yang eksplosif. Tentu saja otot putih ini mesti sering digunakan supaya otot berkembang dan memiliki kapasitas menyimpan tenaga anaerobik yang lebih banyak. Tipe Ii terlebih lagi karena ditunjang oleh ketersediaan baterai (charger) yang ada di dalam dirinya menyebabkan tipe Ii seperti memiliki daya ledak yang kuat. Selain memiliki bentuk (konstitusi) fisik yang astenis (jangkung) tebal, orang Ii juga memiliki tubuh sebagai penunjang bagi kepalanya untuk pergi terbang jauh bersama gagasannya. Oleh karena itu, pada tipe I secara umum sering kali memiliki bentuk bahu yang miring, seolah-olah ibarat roket yang dipandu oleh kepalanya, khususnya otak kanannya. Dalam proses penceranaan, makanan secara rakus diolah oleh perut panjang dan disimpan pada otot putih dari tipe I sebagai tenaga anaerobik. Tenaga anaerobik ini memiliki kemampuan untuk melakukan sprint. Bergerak secara eksplosif namun kemudian cepat habis. Pada tipe I dengan kemudi introvert (i), hal tersebut masih bisa didorong hingga mampu mencapai jarak menengah, namun tetap tidak bisa digunakan untuk jarak jauh. Penggunaan untuk jarak jauh hanya mungkin jika memakai tenaga aerobik. Itulah mengapa tipe I kurang suka main otot. Tipe ini tahu bahwa pada dirinya hanya tersedia lebih banyak otot putih dan kurang memiliki otot merah yang mengandung tenaga aerobik. Tipe ini lebih suka menggunakan kepala, namun jenis kepala sebelah kanan yang tidak membuat merengut seperti kepala sebelah kiri. Kepala kanan tipe ini justru lebih nyeleneh. c. SIFAT KHAS Jika menggunakan sudut pandang dunia psikologi (aliran perilaku) kepribadian dari tipe Ii mesti memiliki sifat perilaku khas yang dapat dibuktikan dan diukur yang berbeda dari delapan kepribadian yang lain. Terdapat sepuluh item yang bisa dibuktikan keberadaannya dan bisa diukur secara psikometrik. Menurut konsep STIFIn, ke sepuluh item tersebut menjadi kepribadian tetap yang tidak akan berubah dan akan selalu eksis seiring dengan penambahan umurnya. Sepuluh (10) sifat yang tetap tersebut adalah: Learner Proud Assertive Optimistic Perfectionist Deep Scholar Insistent Hard to please Capable selling Sebagai pribadi yang utuh, tipe Ii memiliki sisi-sisi diametral sebagai berikut: berpikir positif namun sekaligus mengkhayal ala ‘time tunnel’ seolah-olah semua bisa terjadi, menyenangkan sebagai mitra bisnis namun tidak suka bicara pribadi, percaya diri sangat tinggi namun memacu ‘mesin’nya terlalu cepat seolah tanpa rem. Selain itu, tipe ini terlihat atraktif dan estetik namun terkadang melewati zamannya, meski mahir membuat konsep dan sekaligus menguasai pekerjaan hilirnya namun menjadi terlalu masa-bodoh dengan lingkungannya, terbuka dengan perbedaan pendapat namun tetap keras kepala dengan keyakinannya. Oleh karena itu, tipe ini perlu waspada dengan kelemahannya dan berusaha mengeksploitasi kelebihannya. Biasanya jika kelebihannya bergerak membaik maka secara otomatis kelemahan dari tipe ini akan tertutup dengan sendirinya. d. KELEBIHAN Kepribadian dari hasil tes STIFIn Intuiting introvert ini memiliki kekhasan karena memiliki kemampuan kreativitas dan intuisi yang melebihi delapan jenis kepribadian yang lain. Kelebihan ini dapat disepadankan dengan kecerdasan kreatif atau disebut CQ (Creativity Quotient). Tipe Ii memiliki kelebihan otomatis yang berfungsi dalam cara kerjanya yang terbiasa mencari kualitas. Kualitas tersebut diciptakan dari pangkal, sehingga membuat tipe Ii sangat getol mencari penemuan-penemuan atau penciptaan-penciptaan baru. Kelebihan tipe Ii justru terletak pada orientasinya untuk mengadakan sesuatu yang sebelumnya belum ada. Tipe ini mencari kepuasan. Jika karya ciptaannya kemudian diakui sebagai penemuan baru, maka hal tersebut menjadi kepuasan yang tak terhingga bagi tipe ini. Demikian juga tabiatnya terhadap uang, tipe Ii akan membelanjakan dan menginvestasikan uangnya untuk segala sesuatu yang dapat meningkatkan kualitas dirinya atau karya ciptaannya, agar ia memperoleh kepuasan secara berkelas. e. KEMISTRI Disain keberhasilan hidup seseorang dengan tipe Ii ditandai dengan kemampuan menjalankan program untuk menginkubasi ciptaannya. Tipe ini tidak pernah kehabisan ide karena radar vertikalnya diberi roket dari dalam. Secara umum, Mesin Kecerdasan Intuiting memiliki kemistri kata yang berupa ilmu dan gagasan. Bagi tipe ini, ilmu dan gagasan tersebut akan begitu mudah dimunculkan. Namun ide saja tidak cukup. Ide tersebut harus diterbangkan setinggi-tingginya. Proses menerbangkan ide dimulai dengan cara mematangkan ide, lalu dibuatkan infrastuktur untuk menerbangkan ide tersebut. Wujud konkrit mematangkan ide dan mempersiapkan infrastrukturnya yaitu, jika ide tersebut telah mewujud menjadi program dengan segala pranatanya. Semakin banyak program yang bisa digarap tipe Ii untuk merealisasikan mimpi dan gagasannya, tipe ini semakin menemukan jati dirinya. f. PERANAN Dengan fungsi kepala kanan yang bagus, tipe I lebih menyukai pekerjaan-pekerjaan berkelas yang membutuhkan kualitas yang bersumber dari sumberdaya kreativitas yang dimilikinya. Jika digabungkan dengan kecerdasan yang berbasiskan …
-
Konsep STIFIn dan Psikologi
Apakah tahu bahwa ada cara mengetahui bakat dan potensi dalam diri Anda secara genetik? Hal ini melibatkan tes yang bernama STIFIn. Mungkin beberapa dari Anda ada yang belum mengetahui apa itu tes STIFIn? Saat ini untuk memastikan orang tua mampu mengarahkan anak mencapai jalan sukses kedepannya, mereka memanfaatkan konsep STIFIn sebagai media yang membantu mengetahui kepribadian serta potensi yang dimiliki Anak secara genetik. Hasil Tes STIFIn juga dapat mengetahui pola hubungan terbaik dan bagaimana cara memotivasi anak supaya tetap semangat dalam mencapai jalan sukses yang diminatinya. Tes STIFIn ini juga mencangkup beberapa hal kelimuan diantaranya biologi dan psikologi. Konsep STIFIn sebenarnya cukup mudah dipahami baik untuk yang awam tentang psikologi atau pengenalakan karakter manusia sekalipun. Yuk kita bahas lebih dalam apa itu STIFIn. Apa itu STIFIn? STIFIn merupakan metode yang digunakan untuk mengetahui kepribadian seseorang dengan membaca karakter yang dimilki melalui sidik jari seseorang. Sidik jari mempunyai hal yang unik yaitu setiap orang memiliki pola atau guratan sidik jari yang berbeda – beda. Hal ini bisa digunakan untuk memastikan potensi seseorang berdasarkan faktor genetik yang dimilikinya. Dalam melihat sifat atau kepribadian seseorang melalui sidik jari. Kita bisa mengetahui peranan fungsi pada bagian otak mana yang paling aktif dan bisa menentukan sifat, bakat dan juga personaliti seseorang. Hasil tes STIFIn menjelaskan satu dari sembilan personality genetic yang berbeda – beda pada setiap kepribadiannya. Masing – masing dari kepribadian tersebut merupakan hasil kombinasi dari mesin kecerdasan dan motivasi kecerdasan seseorang. Kedua hal ini merupakan refleksi bagaimana seseorang menggunakan belahan dan lapisan otaknya untuk mengambil sebuah keputusan dan juga proses menentukan arah pemikirannya. Bagian otak tertentu menunjukan ketergantungan pada salah satu pemikiran. Pada mesin kecerdasan STIFIn, terdapat 5 hal yang menjadi karakter utama pada setiap orang yaitu Sensing, Thinking, Intuiting, Feeling dan Insting. Dari kelima mesin kecerdasaan tesebut hanya satu yang dominan pada diri setiap orang. Dimana satu kecerdasaan menjadi pemimpin dari 4 kecerdasaan lainnya. Sensing adalah seseorang yang lebih mengandalkan indera pada tubuhnya, thinking adalah seseorang yang lebih mengutamakan logika, intuiting adalah seseorang yang mementingkan intuisi, feeling adalah seseorang yang mengutamakan perasaan dan insting adalah orang yang mementingkan sisi insting-nya (naluri). Dari 5 kecerdasaan ini nantinya bisa distimuli dari motivasi kecerdasan yang menjadi faktor tambahan pola pemikiran seseorang dalam melakukan sebuah tindakan, kecuali mesin kecerdasaan insting yang responnya spontan. Motivasi (drive) kecerdasan ini ada dua yaitu introvert dan ekstrovert. Jadi kombinasi antara mesin kecerdasaan dan pengendali kecerdasaan adalah Sensing Introvert, Sensing Extrovert, Thinking Introvert, Thinking Extrovert, Intuiting Introvert, Intuiting Extrovert, Feeling Introvert, Feeling Ekstrovert, terkahir Insting (tanpa introvert dan ekstrovert). Hubungan Kercerdasaan STIFIn dengan Bakat dan Psikologi Jika Anda menggunakan tes STIFIn untuk mengetahui bakat anak pada usia 4 tahun. Sebagai contohnya, Anda nantinya akan menemukan bagaimana anak memiliki sebuah kepribadian yang bisa dilihat dari bagian otak mana yang lebih aktif dan dominan, serta bisa mengetahui kebiasaan anak dalam berperilaku. Dari informasi di atas, tentu kita sebagai orang tua bisa memberikan pendidikan dengan menyesuaikan hasil tes STIFIn anak Anda. Misal anak memiliki personality genetic Intuiting introvert yang terkenal kreatif dan memiliki perspektif di luar hal pada umumnya. Hal ini bisa saja menjadikan anak Anda penulis yang baik jika ia memiliki minat dalam sastra, tapi jika tertarik pada teknologi misalnya, ia mungkin bisa jadi desainer robot yang cemerlang dan menciptakan sebuah produk – produk yang baru dan menginspirasi. Penyesuaian antara hasil tes STIFIn dengan penerapannya tentu sangat penting. Jika Anda menyesuaikan cara belajar anak dengan hasil tes STIFIn. Tentunya anak akan jadi lebih mudah menyerap dan memahami pelajaran di sekolahnya. Bayangkan saja jika Anda bisa lebih mudah membantu anak dalam memilih jurusan sekolah atau pada perguruan tinggi, tentunya bisa menjadi hal yang baik untuk anak dalam menjalani pendidikannya dengan nyaman. Serta potensi yang dimiliki bisa lebih dioptimalkan secara maksimal. Karena itu tes kepribadian untuk memilih jurusan kuliah atau sekolah sangat dianjurkan untuk anak yang mau menentukan jurusan terbaiknya. Dari sudut pandang psikologi, hal ini tentu baik. Pada dasarnya kepribadian seseorang pasti berasal dari sesuatu yang ia miliki. Dalam tes STIFIn, hal tersebut ditunjukan dengan bagaimana mereka bertindak dan berpikir ataupun dalam merespon sesuatu. Kercerdasaan otak mana yang paling dominan digunakan dan bagaimana seseorang beroperasi berdasarkan sistem operasi pada otaknya. Dalam beberapa teori psikologi, pendekatan pada seseorang harus dilihat berdasarkan watak atau perilakunya (fenotip). Dengan tes STIFIn informasi soal watak dan personality seseorang menjadi lebih tergambar dengan lebih jelas sesuai genetik yang dimiliki. Mengenali bakat dan minat tentu jadi lebih baik dengan menggunakan proses yang tepat. Bayangkan jika Anda memiliki minat seni tapi dari tes STIFIn Anda tahu bahwa Anda memiliki kecerdasaan Thinking yang lebih mementingkan logika dalam melakukan sesuatu. Dari sini, Anda bisa memilih pendidikan seni yang mengarah pada hitungan seperti arsitek dan desain. Jika hal ini dimanfaatkan dengan baik, tentu saja arah sukses akan lebih terbuka kedepannya. Pentingnya Mengetahui Bakat dan Hasil STIFIn Sejak Dini Proses pendidikan tentu adalah hal yang kompleks bagi banyak orang. Saat SD dan SMP, SMA materi – materi pelajaran masih standar dan mudah. Bandingkan hal ini dengan pendidikan saat sudah kuliah. Hal kompleks yang lebih fokus pada aplikasi menjadi hal yang terapkan sehari – hari. Pendidikan ini tentu bisa jadi sumber keahlian seseorang dalam mengembleng potensi yang dimiliki. Misal saja, anak yang sejak kecil belajar bahasa Inggris, tentu akan lebih mudah belajar dari buku – buku internasional saat kuliah. Dari sini, ia bisa melangkah membuka peluang yang lebih besar. Tapi jika tidak punya kemampuan bahasa Inggris yang baik dari awal, membuka pintu peluang tentu tidaklah mudah, karena saat belajar hanya bisa mengandalkan buku lokal saja yang mengunakan Bahasa Indonesia (yang dikuasainya). Tapi bagaimana seseorang tahu bahwa sebuah pengetahuan akan menjadi menguntungkan atau tidak pada kemudian hari. Misal saja seorang yang ahli matematika tapi ingin menjadi ahli bahasa saat sudah besar. Apakah matematika di era SMA masih akan digunakan saat kuliah jalur bahasa? Untuk memastikan apa yang dipelajari masih akan sejalan dengan bakat dan minat, tes STIFIn menjadi solusi terbaik. Jika sejak kecil, orang tua Anda melakukan tes STIFIn dan menemukan kecerdasaan dari personality genetic Anda, tentu mereka bisa membantu Anda dengan lebih baik dalam mencapai cita …
-
Respon Founder STIFIn Terhadap Artikel Prof. Sarlito Wirawan
(Ditulis Khusus untuk Keperluan Internal bagi Para Promotor STIFIn) Oleh : Farid Poniman (Founder STIFIn) Pertama, saya sebagai Founder STIFIn sangat menghormati Prof. Sarlito Wirawan dan pendapatnya. Hal terpenting berikutnya, kita mesti terbiasa menerima perbedaan dengan lapang dada. Dimana letak perbedaannya? Hal ini berawal dari perbedaan world-view (sumber paradigma). Prof Sarlito dan ilmuwan psikologi lainnya, terutama yang beraliran barat, akan melihat personaliti sebagai ilmu perilaku (aliran behaviorism). Segalanya mesti bisa diukur berdasarkan perilaku yang tampak. Unsur-unsur potensial yang tersembunyi tidak bisa dijadikan patokan. Sehingga kalau kembali kepada rumus 100% Fenotip = 20% Genetik + 80% Lingkungan, maka aliran Prof Sarlito adalah yang 100% Fenotip, sedangkan saya aliran yang 20% Genetik. Perbedaan world-view ini merupakan perbedaan yang tidak pernah tuntas di dunia akademik. Perbedaan itu dikenal dengan Nature vs Nurture. Saya penganut Nature, sedangkan Prof Sarlito penganut Nurture. Perbedaan tersebut selaras dengan perbedaan: 1. Barat menganut Teori Evolusi Darwin bahwa manusia berasal dari monyet, sedangkan agamawan menganut teori eksistensi bahwa manusia pertama adalah Adam, juga selaras dengan 2. Stephen Hawking (fisikawan Barat) menganggap surga cuma dongeng, sedangkan agamawan meyakini keberadaan surga. World-view Barat seperti Darwin dan Hawking tersebut selaras dengan world view Behaviorism-nya Prof Sarlito. Kalau menggunakan bahasa gaulnya, “jangan bawa-bawa Tuhan deh dalam pembahasan ilmiah”. Itulah world-view mereka. Secara sederhananya, saya meyakini adanya sibghah (celupan) Allah dalam diri manusia melalui kesengajaan Allah menjadikan manusia keturunan Adam. Selain itu ada kesengajaan Allah memberikan genetik yang unik pada setiap manusia. Konsep ini yang menjadi aliran Nature (ada campur tangan Allah dalam cetakan genetik manusia) sebagaimana yang saya anut, bahwa setiap manusia punya jalan sendiri-sendiri sesuai dengan genetiknya. Sedangkan aliran Nurture-nya Prof Sarlito akan mengatakan bahwa sepenuhnya manusia dapat dibentuk menjadi apapun, sepanjang bisa mengawal penggemblengan (menciptakan lingkungan sesuai keperluannya). Menurutnya manusia dibentuk oleh pengalaman hidupnya. Jika mempelajari manusia pelajarilah pengalamannya. Pandangan saya sebagai Founder STIFIn sebagaimana yang diungkapkan dalam banyak kesempatan bahwa yang 20% Genetik itulah yang aktif mencari 80% Lingkungan sehingga 100% Fenotip itu banyak dikontribusi oleh 20% Genetik. Memang betul tidak selalu 80% Lingkungan itu berhasil dicapai sepenuhnya sesuai dengan 20% Genetik, tetapi tesis besarnya adalah –sadar atau tidak sadar—kebebasan berkehendak pada manusia akan mencetuskan keinginan mencari lingkungan yang sesuai dengan dirinya, yaitu yang sesuai dengan 20% Genetik tadi. Setiap manusia mencari lingkungan yang ‘gua banget’ bagi dirinya. Tentang hal ini, Rhenald Khasali (sesama dosen UI dengan Prof Sarlito namun berbeda pandangan juga dengan Prof Sarlito) menyebutnya sebagai genetika perilaku. “Para ahli genetika mulai masuk ke cabang baru dari genetika biologi, yakni genetika perilaku (behavioral genetics), karena berdasar sejumlah penelitian mutakhir terungkap adanya pengaruh genetika terhadap perilaku perubahan “, Rhenald Khasali (2010). Sekedar ilurtrasi dalam bentuk lain, saya paparkan empat riset sebagai bukti pengaruh genetik terhadap perilaku dan eksistensi manusia (saya kutip dan edit dari kompas.com): 1. Seorang psikolog asal Virginia Commonwealth University, Michael McDaniel menyatakan bahwa otak yang besar memang berpengaruh terhadap kecerdasan.Dalam Journal Intelligence yang terbit tahun 2005, Michael menyebutkan bahwa volume otak sangat erat kaitannya dengan tingkat kecerdasan karena semakin banyak sel-sel otak, sistem dan jaringan informasi yang dimiliki seseorang dalam otaknya pun semakin banyak, yang berarti ia bisa lebih cerdas. Hal itu menurutnya berlaku untuk semua rentang usia dan juga jenis kelamin. 2. Para ilmuwan dari Cambridge University menemukan bahwa para pialang yang bekerja di bursa-bursa saham memiliki jari manis lebih panjang dari pada jari telunjuk. Ini menunjukkan bahwa mereka lebih pintar mencari uang. Dalam 20 bulan para pialang dengan jari manis lebih panjang ini ‘mencetak’ uang sebelas kali daripada yang jari manisnya relatif lebih pendek(Kompas.com,16 Januari 2009). 3. Ukuran pinggul yang besar memengaruhi daya ingat seorang perempuan. Para peneliti menemukan bahwa setiap poin kenaikan BMI, skor tes kemampuan daya ingat mereka juga turun satu poin. Dan, partisipan yang memiliki bentuk tubuh pir (pinggang kecil, tetapi pinggul lebar) memiliki skor yang paling buruk(Kompas.com, 15 Juli 2010). 4. Menurut hasil penelitian, mereka yang bertampang menarik lebih pintar daripada kebanyakan orang. Riset yang dilakukanLondon School of Economics (LSE) di Inggris dan Amerika Serikat menunjukkan, pria dan perempuan menarik memiliki intelligence quotient (IQ) 14 poin di atas rata-rata kebanyakan orang(KOMPAS.com, 17 Januari 2011). Nah, tentu saja para ilmuwan psikologi tidak akan setuju sepenuhnya dengan empat contoh riset tersebut karena mereka lebih meyakini dengan pola perilaku yang tampak yang dibentuk oleh pengalaman hidupnya. Kira-kira mereka akan mengatakan demikian, “Tidak ada kaitannya antara potensi genetik yang tergambar pada besar kepala, panjang jari manis, besar pinggul, dan tampang yang menarik dengan perilaku seseorang”. Sebagaimana Prof Sarlito juga mengatakan tidak ada kaitannya antara sidik jari dengan perilaku seseorang. Sampai disini, saya (Founder STIFIn) berharap Anda dapat memahami bahwa perbedaan pandangan harus diterima dengan lapang dada, yang penting kita mengetahui perbedaan world-view nya. Oleh karena itu untuk menjembatani bahwa potensi genetik yang digali Tes STIFIn itu juga dapat diukur dari perilaku yang tampak maka saya selalu memasukkan 10 variabel personaliti yang bisa diukur secara psikometrik pada setiap hasil Tes STIFIn. Pendek kata, jika anda ingin membuktikan secara ilmiah keberadaan potensi genetik dalam personaliti seseorang, minta salah satu doktor/PhD psikometrik di kota anda untuk mengukur keberadaan 10 variabel pada peserta tes. Jika keberadaan 10 variabel itu ternyata eksis maka hal itu menunjukkan bahwa Tes STIFIn memiliki validitas yang tinggi. Jika hal tersebut dites lagi beberapa kali dan hasilnya tetap sama maka bermakna reliabilitas Tes STIFIn juga tinggi. Tentang kedua hal ini kami sudah melakukan riset internal yang menunjukkan bahwa validitas dan reliabilitas Tes STIFIn sangat tinggi. Namun saya harap anda bersabar menunggu hasil riset independen yang dilakukan dua tim profesor di Malaysia dan Indonesia yang akan diumumkan tidak lama lagi. Sejarah Finger Print Sidik jari adalah ciri permanen yang genetik dan tidak berubah sepanjang umur manusia. William Jenings dari Franklin Institute Philadelpia, mengambil sidik jarinya sendiri pada umur 27 tahun (1887) kemudian membandingkan dengan sidik jari setelah umur 77 tahun ternyata tidak terjadi perubahan. Sidik jari seseorang memiliki hubungan dengan kode genetik dari sel otak dan potensi intelegensi seseorang. Penelitian ini telah dimulai sejak lebih 200 tahun yang lalu, diawali oleh Govard Bidloo (1865), J.C.A Mayer (1788), John E Purkinje (1823), Dr. Henry Faulds (1880), Francis …